Friday 15 April 2016

Menyeruput Kopi Bernama Football Manager


Bermain game selama ini terkesan selalu negatif. Dengan segala cemoohnya, game dianggap memberikan aura negatif. Banyaknya gamer yang lupa waktu dari kewajiban di dunia nyata, dengan penampilan urakan, menjadikan citra gamer semakin buruk, khususnya di Indonesia. Namun hal berbeda saya temui di komunitas Football Manager Indonesia.

Pertama kali saya bergabung di komunitas ini ketika Football Manager 2014 rilis. Ya, saya adalah pecandu baru dalam game ini. Kompleksnya sisi permainan, dan interaksinya yang menurut saya hampir nyata, membuat saya semakin kecanduan. Hal lainnnya yang membuat saya semakin jatuh cinta adalah, karena game ini berpatokan pada dunia nyata. Topik pembahasannya adalah tentang si A yang didunia nyata bisa seperti ini, ada lagi tentang Team B yang seperti itu, Team C yang memenangi ini, Team D yang menggunakan taktik ini, dan masih banyak lagi pembahasan di dunia nyata yang dijadikan acuan untuk bermain game ini. Sebut saja yang sering dibahas adalah masalah “taktik”, bagaimana memposisikan taktik A pada klub B, taktik A pada klub C, dan sebagainya.

Saya tergila-gila dengan simulasi Football Manager yang mendekati kenyataan, seolah-olah saya menjadi bagian dari Klub idola saya: memainkan para pemain idola saya, mengatur keuangan Klub idola, dan banyak lagi. Menikmati selebrasi ketika Klub yang dimainkan memenangi tropi. Menjadi bagian dari orang-orang yang tidur sambil tersenyum karena terbayang sukses membina pemain muda yang dibeli gratis, dan menjadi top skor liga. Ya, kenikmatan Football Manager yang berlebihan memang.

Tapi, kenikmatan di atas tidak berlangsung lama, setelah masuknya Football Manager 15. Saya merasa kurang nyaman dengan komunitas ini. banyaknya pertanyaan aneh menjadi faktornya. Misalnya postingan minta taktik, minta rekomendasi youngster, minta rekomendasi klub, dll. Seharusnya, Football Manager menjadikan kita semakin dekat dengan sepakbola dan segala pernak perniknya. Seharusnya Football Manager menjadikan kita semakin kenal dengan para pemain dan klub idola kita. Seharusnya Football Manager menjadikan kita paham dengan peraturan persepakbolaan dunia luar sana. Tapi, yang terjadi sungguh sebaliknya, minimnya pembahasan, dan semakin banyaknya “budaya nyontek”, menjadikan Football Manager terasa hambar. Tidak ada lagi utak-atik taktik. Tidak ada lagi pembahasan posisi. Tidak ada lagi pembahasan sejarah,. Yang ada kini hanya tanya jawab, tanpa pembahasan lagi, ini seperti soal pilihan ganda, tanpa ada penjelasan seperti essay. Kalaupun ada, itu hanya terjadi di kalangan sesepuh komunitas, yang berbicara tentang analisa, berbicara tentang sejarah dan lainnya. 

Seharusnya Football Manager mampu menciptakan obrolan yang berkualitas. Seharusnya Football Manager mampu melahirkan argumen, taktis, ide, bukan sekedar jual beli A dan B. Ya, kenikmatan kopi mulai berkurang. dibarengi dengan masuknya kopi-kopi KW murahan, yang mengutamakan harga murah. Sehingga para manager yang haus dengan kopi original semakin sedikit. Walaupun pahit dan mahal, tapi tetap kopi original mampu memberikan cita rasa dan sensasi lebih kuat.

Salam FM.


Sumber gambar: Pinterest



Tulisan dari Aroundus Livelife
, ,

No comments:

Post a Comment