Thursday 14 April 2016

Menjajah Belanda Bab 3: Tropi Perdana




Aku memulai karir di Belanda dengan penampilan yang cukup meyakinkan. 9 pertandingan pertama, kami meraih 7 kemenangan dan 2 hasil imbang. Tidak ada kekalahan. Dan aku tahu, suporter menyukai itu. Tidak mudah untuk mendapatkan hasil fantastis itu. SC Heerenveen bukanlah klub dengan DNA juara. Dan klub ini belum pernah sekali pun meraih title juara Eredivise. Tentu saja itu sedikit meringankan pekerjaan aku, karena aku tidak dituntut untuk finish di zona UCL. Namun, aku harus katakan penampilan kami hebat. Dukungan dari suporter yang luar biasa, kerjasama staf yang solid, dan kepercayaan pemain pada kebijakan aku. Ditambah lagi, kami tidak banyak melakukan transfer, dan pemain yang kami datangkan ini mampu berkontribusi dengan baik.

Hasil yang sangat tidak dapat dipercaya muncul ketika kami menampar PSV Eindhoven dengan skor telak. 7-0. Dan aku mencoba untuk menampar pipi aku. Aku tidak bermimpi. Kami mengalahkan raksasa.


Klub raksasa lainnya, Ajax Amsterdam, adalah juara bertahan. Musim ini, mereka masih menjadi momok menakutkan bagi seluruh partisipan Eredivise. Mereka membuntuti kami di posisi 2. Mereka punya aset bagus. Pemain-pemain muda seperti Daley Sinkgraven, yang pernah menimba ilmu di Heerenveen sebelum kedatangan aku, adalah pemain berbakat. Ada juga Viktor Fischer yang suka menyisir sisi kiri secara menakjubkan. Dan, yang paling fantastis, pemain Ajax yang kami pinjam di musim ini, Lerin Duarte. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain, Fantastis.

Kami berhasil membuktikan bahwa kami merupakan salah satu kandidat juara musim ini setelah mengalahkan Ajax dengan skor 2-1. Lerin Duarte menyumbang 1 gol ke gawang klub induknya melalui gol cepat di menit 8. Ini merupakan pembuktian bahwa dia layak kembali dengan sambutan yang pantas. Namun aku berharap dia tetap tinggal di sini. Aku suka permainannya.

Pembelian tersukses kami pada musim pertama aku melatih adalah Diego Assis. Pemain 27 tahun itu kami boyong dari IFK Mariehamn yang berpartisipasi di liga Finlandia dengan harga 90K. Sangat murah, namun kualitasnya tidak murahan. Dia bermain sangat bagus dan menjadi pemain andalan di sini. Suatu pagi, asisten aku, Jansen, memberikan koran pada aku. Aku membaca pada satu halaman tentang opini wartawan terhadap penampilan Diego. "First-cl-Assis," katanya. Keren. Dan ketika aku melihat sejarah tentang dirinya, ternyata sebelum bermain di Finlandia, dia juga bermain di Swedia. Uniknya, klub yang dibelanya itu bernama Assi. Mirip dengan namanya. Sepertinya dia suka yang berhubungan dengan ASI.


Romario memiliki nasib yang berbeda. Dia hanya bermain 12 kali dalam 2 tahun berkarir di sini. Dia muda. Awalnya aku mengira dia memiliki potensi bagus. Ternyata tidak. Jadi, kami lepas dia di musim ketiga aku melatih. Karirnya di klub lain tidak terlalu cemerlang. Biasa saja.
Kami berhasil menjuarai Eredivise musim 14/15. Aku membuat sejarah baru. SC Heerenveen berhasil mencatat namanya dalam sejarah. Ini title Eredivise pertama kami, dan kami bangga dengan pencapaian ini.

Pemain yang paling menarik perhatian aku adalah Mark Uth. Dia adalah mesin gol kami. Memphis Depay adalah striker muda yang haus gol, dan Mark berhasil menyainginya. Mereka membuat gol dengan jumlah yang sama. Namun Mark unggul karena bermain dengan menit yang lebih sedikit.
Mark adalah seorang Jerman yang tenang. Dia selalu menghadapi masalah dengan kepala dingin. Di tengah lapangan, dia adalah sosok yang memiliki ambisi tinggi. Itu penting. Dan ambisi itu yang membawanya menjadi topskorer.


Musim selanjutnya, kami akan bermain di UCL. Kami tidak mematok target, namun kami akan berusaha sebaik-baiknya. Kami memiliki skuad muda yang hebat. Gejolak muda bisa membuat kejutan yang tak terduga.





, , ,

No comments:

Post a Comment