Friday, 9 December 2016

Perjalanan di Dalam Bus

22:31:00
Aku mendapati diriku tengah duduk di dalam bus, tanpa mengetahui ke mana tujuanku, dan apa yang akan aku lakukan setelah sampai di sana. Di kiri dan kananku hanyalah orang asing. Bukan kerabat, kenalan, bahkan wajah mereka belum pernah kulihat.
Kucoba bangkit dan berjalan ke depan (tempat dudukku berada di bangku paling belakang). Aku melihat beberapa orang yang kukenal. Entah mengapa teman SMA dan kuliahku berada di bus yang sama, dan mereka mengobrol seakan kenalan yang tak bersua dalam jangka waktu cukup lama. Aku tidak menyapa mereka dan terus berjalan ke depan.
Bus itu ramai, namun tak sesak. Ukuran bus itu luas, sehingga orang-orang yang berdiri tidak berdesak-desakkan dan aku masih bisa berjalan di antara kerumunan mereka. Aku berpapasan dengan seseorang yang kukenal di masa lalu. Bukan seorang teman. Hanya kenalan. Kami tak pernah berbicara sebelumnya, karena berada di sekolah yang berbeda. Dia teman dari temanku. Tetapi saat kami bertemu lagi, rasanya tak ada beban di bibirku untuk mengobrol dengannya. Pembicaraan singkat, sekadar, "Wah tinggal di mana sekarang?" dan semacamnya. Pembicaraan ringan. Bodohnya, aku tidak menanyakan kontaknya dan meneruskan perjalananku ke depan.
Bagian depan bus terasa lebih ekslusif daripada bagian lain. Bagian itu terlihat seperti sebuah ruangan. Luas. Kulihat beberapa orang mengenakan jersey biru duduk di bangku yang melingkar. Aku sempat heran, karena orang-orang yang kulihat itu adalah para pemain Manchester City. Dan ketika kulirik pakaian yang kukenakan, aku sedang mengenakan jersey Manchester United. Di ruang sebelah, para pemain Manchester United juga sedang berkumpul. Dan saat mereka melihatku, mereka merangkul dan mengajakku duduk. Seakan aku adalah bagian dari tim.
Aku terus berjalan ke depan. Dekat supir.
Bus kami memasuki jalan yang diapit tebing dan pohon-pohon tinggi dan berdaun lebat. Cahaya tak mampu menembus dengan sempurna. Tempat itu agak gelap. Entah karena supir kami mengantuk, atau dia sedang ingin merasakan kematian, dia bawa bus itu ke dalam jurang. Walaupun jurang itu tak terlalu dalam, tetapi aku yakin jika kami jatuh ke dasarnya, akan ada korban jiwa yang terenggut. Bus itu belum menyentuh dasar, masih mengawang, dan aku bertindak seolah berada di dalam game, menginginkan kejadian saat itu lenyap dan kembali ke check point sebelumnya. Tetapi harapanku tidak terkabul. Bus itu masuk jurang. Bus terbelah dan tak ada teriakan yang terdengar dari belakang, seakan orang-orang sudah paham jika mati, ya mati saja. Tak usah ribut.
Aku tidak memerhatikan apa yang terjadi dengan penumpang lain. Aku keluar dari bus bersama beberapa orang yang berhamburan. Tak ada kendaraan selain bus kami di jalanan itu. Tempat itu semakin gelap. Di depan, seakan tak ada ujung, yang kulihat hanyalah gulita. Di belakang pun begitu. Orang-orang berlari ke arah belakang. Aku pun mengikuti mereka.
Lama kami berlari, orang-orang mulai berpencar. Aku menyadari ada sebuah jalan kecil. Aku memasukinya, dan beberapa orang mengikutiku. Yang lainnya, mereka tetap berjalan menuju kegelapan.
Saat kuterus berjalan, kami tiba di gang kecil. Lalu aku masuk ke sebuah rumah. Ternyata, rumah yang kumasuki itu adalah milik teman kuliahku. Dia segera menyuruhku keluar, karena katanya, jika Mamanya menemukan temannya berada di sini, maka kami akan dibunuh. Dirasuk perasaan merinding, aku pun keluar terbirit-birit.
Entah jalan apa yang sudah kulalui, tiba-tiba aku berada di salah satu Indom*ret dekat kampus. Aku masuk ke dalamnya, berniat membeli roti dan beberapa makanan. Disambar rasa kaget, di sana aku bertemu dengan teman sekolah dulu. Dia seorang wanita. Seharusnya aku kaget karena dia tidak kuliah di kampus yang sama denganku. Ini aneh karena dia berada di sini. Tetapi entah mengapa aku tidak mempermasalahkannya dan mengobrol santai dengannya.
Ketika kami sama-sama hendak pulang, hujan turun deras. Aku mengambil sebuah payung (entah, aku juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba ada payung di tanganku), dan memayungi temanku itu seakan aku adalah pelayannya. Temanku ini tinggal di sebuah apartemen. Apartemennya tinggi, puncaknya tidak bisa kulihat dari bawah. Aku tidak tahu temanku ini tinggal di lantai berapa. Lantai 100, mungkin.
Saat di masuk ke gedung itu, dia berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepadaku. Aku tersenyum mengangguk.
Dan saat aku hendak berjalan ke kosku, akhirnya aku sadar, bahwa aku sedang bermimpi.
Mataku terbuka.

**

Akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh. Dan dalam 2 minggu terakhir, mimpi yang melibatkan teman SMA dan kuliah sudah 4 kali kualami. Dan isi mimpinya absurd-absurd semua. Dan tujuanku menulis cerita ini pun tidak kalah gajenya dengan mimpi-mimpi itu.

Tuesday, 29 November 2016

Cinta, Save Game Football Manager, dan Chapecoense

23:13:00
Mencintai sesuatu yang telah karib pada keseharian kita adalah suatu napas yang tak bisa dilepaskan dari benak secara gampang. Ketika berbicara tentang cinta yang karib, pikiran saya terlempar pada game yang paling saya cintai, Football Manager.
Saya mulai bermain Football Manager 13 hingga seri terbaru. Seri yang paling lama saya mainkan adalah Football Manager 15. Sekitar dua tahun saya bermain pada satu save game yang sama dan waktu dalam game telah berada di tahun 2034. Bagi sebagian orang, bermain FM sampai tahun 2030-an sangat aneh dan tidak menarik, karena semua pemain asli yang aktif bermain sekarang telah pensiun di FM pada tahun itu. Semua pemain merupakan regen. Penikmat FM seperti saya adalah pecinta regen dan sangat antusias bermain di tahun 2030-an atau lebih. 
Bagi saya, bermain dikelilingi regen-regen ini benar-benar terasa seperti menyelam ke dunia lain. Dunia yang asing tetapi saya dituntut untuk beradaptasi dan mengenal semua pemain-pemain fiksi itu.
Saya tidak bercanda jika saya mengatakan telah mengenal para pemain fiksi tersebut. Pemain-pemain amerika latin yang telah terendus bakatnya oleh tim kami, saat mereka hijrah ke Eropa dan bermain untuk klub besar, lantas saya berkata, "oh, sudah ada klub besar yang menemukan bakatnya." Atau jika saya melihat nama-nama fiksi itu melintas di berita, tanpa melihat profil, saya bisa menebak di klub mana pemain fiksi ini bermain. Semua nama-nama fiksi yang ada di save game itu telah terekam di otak saya. Sama seperti anda mengenali Messi, Ronaldo, Ozil, ataupun Lord Bendtner.
Suatu ketika, keadaan memaksa saya untuk menginstal ulang laptop. Bergegaslah saya memindahkan data-data penting. Salah satunya save game FM 17. Seusai penginstalan, saya baru sadar kalau saya lupa memindahkan data save game FM 15 yang telah menjadi bagian kehidupan saya (literally, karena hampir setiap hari save game ini saya mainkan). Saya benar-benar menyesal dengan kebodohan saya tersebut. Save game terlama yang pernah saya mainkan musnah dalam sekejap. Tanpa sisa. Saya coba jelajahi, barangkali ada tertinggal di direktori yang tidak terformat, namun usaha saya sia-sia. Ada saya temukan di google drive save game tahun 2028, tetapi saya tidak berminat lagi memainkannya, karena wonderkid kesayangan saya di tahun 2034 belum ada saat itu. Jelas ada perbedaan besar karena pemain yang ada di tahun-tahun berikutnya tak akan sama lagi. QPR yang menjadi raja eropa belum tercipta di tahun 2028 itu. 
Maka, hijrahlah saya ke Football Manager 17. Dalam perjalanan karier saya bersama Manchester United di FM 17, banyak keseruan yang saya dapat, karena dalam pengalaman bermain FM, sudah beberapa tahun saya tidak menyentuh klub Inggris. Tetapi, seseru apa pun FM 17, tidak akan mampu kenangan Fm 15 saya lupakan. Bagaimana saya menjadi legenda klub SC Heerenveen dan memberikan gelar liga Belanda serta Liga Champion perdana bagi klub. Atau, tidak akan terkikis di ingatan saya bagaimana seorang regen bernama Jefferson Arias muda mempermalukan Vincent Kompany dalam sebuah gol spektakulernya. Atau, tidak akan hilang dari ingatan saya tentang perjuangan Julio Franco yang menembus skuad utama di umur 18 tahun dan meraih Ballon d'Or di umur 21 tahun. Semua itu tersimpan di ingatan, tetapi tidak akan berputar kembali di keseharian saya.
Perasaan yang sama tampaknya dirasakan pula oleh penghuni ruang ganti klub Chapecoense, begitu juga dengan supporter mereka yang tak pernah absen menumbalkan waktu mereka beberapa jam menonton tim mereka bermain, yang kini, mungkin tak akan mereka saksikan lagi dalam beberapa waktu.
Sebuah tragedi terjadi, melibatkan seluruh pemain dan staff Chapecoense yang berada dalam penerbangan menuju Kolombia. Tujuh tahun yang lalu Chapecoense masih berada di Seri D, lalu mencapai Seri A dua musim lalu. Dan secara mengejutkan tahun ini tampil di kompetisi benua Copa Sudamericana. Dalam jadwalnya, seharusnya mereka akan menghadapi Atletico Nacional, dan mulai membayangi akankah mereka merayakan gemuruh kemenangan ataukan meratapi kekalahan. Tetapi penentuan dua kali sembilan puluh menit di lapangan sepakbola itu pupus oleh kecelakaan pesawat yang terjadi kemarin.
Bertebaran di beranda facebook saya bagaimana dunia bereaksi tentang tragedi yang menanamkan kesedihan mendalam, baik itu dari fans yang mengenal Chapecoense luar dalam, ataupun bagi pecinta sepakbola yang baru kemarin tahu eksistensi klub ini. Semua merasakan sesak ketika mendengar hampir seluruh skuad tim bercorak hijau itu menemui ajal dalam satu peristiwa yang tak diinginkan itu.
Pada fanspage klub bisa ditemui sebuah video yang  menggambarkan kesibukan pemain bercakap satu sama lain. Entah apa yang mereka cakapkan. Mungkin tentang persiapan mengenai pertandingan final yang akan mereka jalani. Bisa pula tentang makanan enak apa saja yang ada di Kolombia. Atau, oleh-oleh apa yang akan mereka bawa ke Brazil nanti. Atau lagi, membahas apa reaksi yang akan mereka tunjukkan ketika menjuarai Copa Sudamericana nanti. Dan ketika saya sadar apa yang mereka omong dan pikirkan saat itu tidak akan terwujud esok harinya, hati saya menjadi rapuh. Bukan bermaksud alay, tetapi mata saya sempat berkaca-kaca, walaupun tak sempat mendarat ke kasur yang sedang saya duduki ketika mengetik tulisan ini. 
Dada saya makin di cengkeram rasa sesak ketika melihat video terbaru yang dipublish fanspage Chapecoense berisi selebrasi pemain dan staff yang merayakan sebuah kemenangan di ruang ganti. Tampak ramai dan gempita ruangan itu.






Tetapi video perayaan itu terlihat sangat kontras ketika saya melihat sebuah foto yang menggambarkan bagaimana pemain Chapecoense yang tidak ikut ke Kolombia, sedang terduduk kaku, mungkin sedang teringat bagaimana keriuhan ruang ganti itu yang kini tak bisa mereka rasakan lagi. Hanya menyisakan senyap.




Pada akhirnya pemain yang masih diberi kesempatan memperkuat Chapecoense ataupun supporter yang mencintai klub ini, harus mengikhlaskan fragmen yang hilang dari tubuh klub itu. Tetapi untuk memberikan ruang kepada 'waktu' itu bukanlah perkara mudah. Akan selalu membayang bagaimana suasana latihan yang menyenangkan dan interaksi yang hangat antar pemain di klub. Teman, rekan, saudara yang pernah berada pada satu titik perjuangan itu telah tiada. Bagian dari cinta yang karib itu sudah pergi. 
Apa yang dirasakan pemain dan supporter Chapecoense tidak terlalu jauh persamaannya dengan apa yang saya rasakan terhadap save game FM 15 saya, hanya beda intensitas dan objek yang dicintai saja. Tetapi bagaimana kami mencintai, adalah satu bagian yang sama. Dan pada akhirnya kami harus move on. Hijrah menuju apa yang masih tersisa dan layak untuk diperjuangkan.




Tuesday, 5 July 2016

[FM TOOL] FM Coach Calculator

11:50:00

Peran seorang pelatih di sebuah klub tentu sangat penting. Di sepakbola, pelatih berperan membantu pelatih kepala dalam menjalankan menu latihan kepada para pemainnya. Tak jarang, pelatih juga acap kali bertugas layaknya assistant pelatih yang ikut campur dalam urusan taktik dan strategi. Di sebuah game bernama Football Manager, posisi pelatih juga tidak kalah vitalnya. Sebuah tim yang kita latih dapat menuai banyak prestasi, tentu tidak lepas dari andil seorang pelatih. Kontribusi pelatih inilah yang membuat tim kita menjadi lebih kuat dan solid. Bahkan tidak sedikit pemain akan menjadi hebat berkat polesan dingin sang pelatih. Ya, selain memberikan menu latihan, merekomendasikan pemain & taktik, pelatih juga dapat membantu menciptakan & memoles bibit-bibit pemain muda yang kelak akan menjadi pemain kelas dunia.

Di FM, pelatih dibagi menjadi 3 kategori yakni GK Coach (Shot Stopping & Handling), Fitness Cocah (Strengh & Aerobic) & General Coach (Attacking, Defending, Ball Control, Tactical, Shooting). Slot atau kuota pelatih yang disediakan tentu berbeda-beda setiap timnya. Di sinilah kita dituntut untuk cermat dalam memaksimalkan kuota pelatih yang diberikan oleh tim. Namun sering kali, kita masih saja keliru dalam meng-hire pelatih tersebut. Alhasil, tim yang kita latih tidak dapat berkembang dengan baik, termasuk para pemainnya.

Beruntung di FM terdapat tool ajaib yang membantu kita dalam memilih seorang pelatih. Dan tool tersebut bernama ‘FM Coach Calculator’. Saya pribadi sudah menggunakan tool ini sejak pertama kali bermain FM yakni mulai FM 2010 sampai sekarang di FM 2016 dan tentu sangat terbantu dengan keberadaan tool tersebut. Sesuai namanya, tool ini layaknya sebuah kalkulator mini, di mana ketika kita mengisikan angka-angka di form tersebut, secara otomatis tool tersebut akan menggenerate & memunculkan hasil yang nantinya menandakan posisi apa yang tepat untuk si pelatih yang kita pilih tersebut.



Tampilan FM Coach Calculator

Cara memakainya cukup mudah, buka file atau ekstrak file FM Coach Calculator tersebut. Lalu isikan angka-angka yang sesuai dengan pelatih yang akan direkrut.

Note : minimal anda harus menginstall adobe reader terlebih dahulu,karena file ini berformat .pdf
Jika anda berminat, bisa diunduh di sini:


Jadi masih mau bertanya tentang siapa pelatih yang bagus buat tim anda? J

Shared article by Dwiky FM Loverz

Saturday, 18 June 2016

Menjajah Belanda Bab 5: Pemuda Lokal

14:29:00
Ketika menyaksikan Liga Indonesia, saya selalu kagum dengan Persipura yang melahirkan bakat menjanjikan dari daerahnya sendiri. Pemain-pemain muda asal tanah Papua itu di masa puncaknya banyak yang bermain di klub top Indonesia. Dan pemain andalan Timnas Indonesia pun terhitung tidak sedikit yang pernah menimba ilmu di skuad muda Persipura.

Begitu pula di kota ini. Bakat menjanjikan pun beberapa kali muncul dan membawa harapan pada masyarakat lokal.

Selama 13 tahun di SC Heerenveen, setidaknya setiap tahuh ada tiga youngster yang menunjukkan potensi besar yang terpendam di dalam diri mereka. Bakat-bakat muda ini menjadi tanggungjawab bagi saya karena saya tidak boleh mengabaikan perkembangan mereka.

Setidaknya dari sekian banyak bakat muda itu, ada beberapa pemuda lokal, asli kelahiran Kota Heerenveen, yang menunjukkan potensi besar di mata saya dan para staff pelatih.

Di musim pertama melatih, saya menyaksikan tim U-18 bertanding melawan tim kandidat U-18. Hasilnya sangat mengejutkan. Tim U-18 ditaklukkan 1-4 oleh calon pemain baru itu. Yang paling menonjol adalah penjaga gawangnya. Anak itu beberapa kali menggagalkan peluang emas yang didapatkan tim U-18. Tanpa dia, mungkin saja perbedaan skor tidak akan sejauh itu.

Penjaga gawang muda itu adalah Dennis Jansen. Sejak lahir dia sudah berada di kota ini. Rumahnya tidak jauh dari Abe Lenstra Stadium. Kata salah seorang staff pelatih yang sudah lama mengabdi di klub ini, anak itu sering muncul di sesi latihan tim. Dia juga bermain untuk beberapa jenjang usia klub ini. Kecintaannya kepada klub ini benar-benar membuat saya kagum. Dan hari itu saya melihat bakatnya secara langsung. Dia anak muda yang luar biasa.

Dennis menghabiskan tiga tahunnya di skuad cadangan. Ketika dia menginjak usia 19 tahun, kami pinjamkan dia ke Atromitos dari Liga Yunani selama semusim. Di Yunani, dia tidak banyak mendapatkan menit bermain. Hanya 8 kali namanya mengisi daftar skuad di pertandingan liga. 

Hingga 9 tahun karirnya di SC Heerenveen, dia bemain sebagai pelapis kiper utama. Nama-nama tenar seperti Geronimo Rulli dan Maksym Koval memaksa dirinya menjadi bayang-bayang yang berada di bawah nama terang mereka. Jam bermainnya lebih banyak dihabiskan di tim cadangan. Selama beberapa tahun yang panjang itu, beberapa kali dia dipinjamkan ke klub-klub domestik maupun luar Belanda. FC Emmen, Rubin, Hercules, dan Montpellier adalah deretan klub yang melengkapi daftar klub yang dia bela dengan status pinjaman. Musimnya yang cukup bagus adalah ketika bermain untuk Montpellier. Tercatat 23 goal yang bersarang dalam 15 match yang dia mainkan. Montpellier menghargai kemampuannya dengan mengeluarkan 1.5 juta pounds untuk peminjaman setengah musim. Tahun berikutnya, saya mulai memberikan dia menit bermain yang cukup banyak. Saya rotasikan dia dan kiper utama, Matthew Wilkins, yang baru didatangkan dari Liverpool sepeninggal Rulli. Tercatat di musim 2024/2025 dia tampil sebanyak 12 match dan hanya kebobolan 10 goal. Musim berikutnya, walaupun dia tidak meminta pergi dari klub, saya merasa harus menjualnya. Dennis adalah pemain yang tidak banyak menuntut. Dia tidak pernah meminta untuk dimainkan lebih sering seperti kebanyakan pemain yang merasa dirinya sudah hebat. Hal itu membuat saya harus memikirkan masa depannya. Wilkins mulai menjadi pilihan utama di timnas Inggris dan performanya sangat bagus. Jika saya merotasi Wilkins dan Dennis, tentu akan berdampak buruk untuk mereka berdua. Terlebih, Dennis sudah mendapatkan caps perdananya musim itu. Setelah membicarakan hal itu baik-baik, dia mengerti dan setuju untuk pindah dari klub idamannya sejak kecil.

Girondins Bordeaux menebus Dennis dengan mahar 4.4 juta pounds. Di musim perdananya, dia langsung menjadi pilihan utama manajer Willy Sagnol. Sampai saat ini, karirnya makin cerah dan tempatnya tak tergantikan di skuad Girondin yang kini menjadi raksasa Ligue 1 Prancis. Pencapaiannya bisa dilihat saat dia mengangkat tropi French Cup di tahun 2026. Kemudian sebanyak dua kali dia menempati posisi ketiga dalam penghargaan Ligue 1 star goalkeeper.


Dennis Jansen


Bakat muda klub ini yang berpotensi menjadi pemain besar seringkali saya temui di posisi gelandang serang. Pemain pertama yang saya temui di posisi itu adalah Seckin Kahraman. Dia lahir di kota ini. Namun dia bukan asli berdarah Belanda. Ibunya adalah seorang Belanda, tetapi sang ayah berasal dari Turki. Jadi, ketika dia berkesempatan dipanggil timnas di masa mendatang, dia memiliki dua opsi: Belanda dan Turki.

Seckin adalah pekerja keras dan memiliki talenta yang memaksa saya harus mengakui bahwa harus ada 1 slot yang saya sediakan untuk memainkan pemain muda. Saat dia baru bergabung dengan skuad junior, saya bawa dia ke pertandingan melawan NAC Breda. Menggantikan Halilovic, pemuda ini berhasil menyarangkan goal pada debutnya malam itu. Supporter menyorakkan namanya dengan lantang. Tentu saja, pemuda lokal asli kota itu datang ke stadion sebagai pemain baru setelah satu bulan bergabung dengan skuad muda. Dan malam itu saya perkenalkan dia kepada publik. Namanya langsung dikenal semua pendukung. Bocah ajaib terlahir di kota ini.

Sayangnya, masa depan yang diproyeksikan akan cerah, tidak berjalan sesuai perkiraan semua orang. Seckin adalah pemain berkaki kaca. Baru satu tahun dia bermain untuk kami, Seckin muda kerap mendapatkan cidera. Yang paling parah adalah di tahun 2018. Total ada tujuh kali cedera yang dideritanya. Tahun-tahun berikutnya pun tidak berjalan dengan baik. Cidera hitungan minggu bahkan bulan membuat fisiknya memburuk. Perkembangannya terhambat. Walaupun dia adalah pemain muda favorit saya, tentu saya tidak bisa terlalu sering memasukkan pemain yang rentan cedera dan belum berkembang seperti dia.

Di skuad ini telah menumpuk gelandang serang yang sudah matang. Belum lagi Julio Franco, pemain muda asal Spanyol yang saya akui sebagai talenta terbaik yang pernah saya beli, mulai menunjukkan perkembangan pesat dan naik ke skuad senior. Agar Seckin mendapatkan pengalaman, saya pinjamkan dia ke klub lain. Tahun 2018-2020 Seckin bermain untuk Feyenoord dan Nurnberg. Sekembali dari masa peminjaman dia masih belum berkembang jauh. Dua musim berikutnya dia berkutat dengan cedera dan memainkan hanya tujuh pertandingan dalam dua musim. Dalam tiga tahun berikutnya, dia bermain untuk Bournemouth, Burnley, dan AA Genk. Di sana dia mendapatkan kesempatan yang cukup banyak dalam bermain. Musim berikutnya dia kembali dan mulai saya berikan tempat di tim. Tercatat di musim 2024/2025 ada 16 pertandingan yang dia bukukan di Eredivisie.

Manchester United datang kepada kami di musim berikutnya. Mereka tertarik dengan Seckin. Satu musim ini dia bermain cukup baik dan raksasa Premier League itu berminat untuk meminangnya. Saya rasa itu adalah jalan yang cukup bagus. Saya khawatir cedera Seckin kembali kambuh. Dengan terpaksa Seckin yang telah berusia 24 tahun saat itu, kami lepas dengan harga 9.25 juta Pounds.

Di Manchester United dia menjadi pilihan utama. Awal musim dia bermain dengan bagus dan selalu bermain di tiap pertandingan. Performa bagusnya itu berdampak baik bagi karirnya. Akhirnya setelah lama menunggu, panggilan timnas Belanda tiba untuknya. Namun memasuki paruh musim, cedera mendera dirinya. Dia kembali pulih ketika bulan Januari tiba. Sayangnya pada musim transfer dingin itu Manchester United mendatangkan gelandang serang baru. Seckin tersingkir dan tidak mendapatkan tempat lagi. Musim berikutnya dia dilego ke AS Monaco seharga 8 juta pounds.

Di Monaco dia tidak mendapatkan tempat sama sekali. Entah apa maksud klub tajir dari Prancis itu membeli dia. Sepanjang musim hanya satu pertandingan yang dia dapatkan bersama tim utama. Sisanya, dia habiskan dengan bermain untuk tim cadangan. Angin segar baru dia dapatkan dua musim berikutnya ketika Zenit menebusnya sebesar 2.2 juta pounds. Di Zenit, dia tidak bermain cukup sering. Namun beberapa kali dia tampil dan itu sudah cukup untuk pemulihan karirnya. Dan seperti biasa, cedera adalah sahabat terbaiknya, di awal musimnya bersama Zenit, dia menghabiskan satu bulan dengan cidera.


Seckin Kahraman



Kami pernah punya fullback kanan yang luar biasa. Namanya Joey Kuijpers. Joey adalah pemain muda yang memiliki stamina dan kekuatan fisik yang memukau. Selain bisa menempati posisi kanan, dia juga tidak masalah jika ditempatkan di sektor kiri. Anak ini benar-benar profesional dan disiplin ketika latihan. Perkembangannya lumayan bagus di skuad muda. 

Tiga tahun menimba ilmu di akademi Heerenveen, Chelsea datang kepada kami. Tidak heran mengingat Chelsea adalah salah satu raksasa Premier League yang gemar mengumpulkan talenta berbakat dari dari penjuru negeri. Mereka menawarkan 3.8 juta pounds kepada kami. Mungkin semua orang akan berkata bahwa harga segitu tergolong murah untuk seorang pemain muda berbakat. Namun di tengah perkembangan klub dengan finansial yang pas-pasan, harga itu adalah modal yang berharga bagi kami. Saya terima tawaran Chelsea. Keputusan itu tidak semata-mata karena uang. Ada banyak pemain senior yang menempati posisi bek kanan, dan peluang Joey menembus skuad utama tentu akan sulit. Belum lagi saya awalnya tidak mengira bahwa Joey akan menjadi pemain besar. Saya kira dia hanya akan menjadi pemain hebat, namun bukan salah satu yang terhebat.

Joey membuktikan bahwa saya salah. Selama di Chelsea, dia dipinjamkan ke Brentford (Championship), Real Betis (BBVA), Ajax (Eredivisie), dan bahkan di musim keempatnya bersama Chelsea, kami meminjamnya sebagai pemain pelapis. Dia menjadi pemain utama dan menjalani banyak pertandingan selama masa peminjamannya. Kecuali ketika dipinjamkan ke kami, dia hanya bermain enam kali. Konsistensinya itulah yang membuat dirinya dipanggil timnas Belanda saat masa peminjamannya di Real Betis.

Sekembalinya ke Chelsea, Joey bermain sebanyak 14 kali dalam setengah musim, yang artinya dia mulai menjelma menjadi pemain utama di klub itu. Pada transfer musim dingin, Barcelona meminangnya dengan mahar 5.5 juta pounds. Di Barcelona, dia pun mendapatkan tempat utama dan menjalani 12 pertandingan di sana hingga akhir musim. 

Dalam dua musim berikutnya, dia semakin konsisten dan menjadi andalan tim Catalan itu. Prestasi tertingginya adalah ketika menjuarai UCL di tahun 2026. Sampai titik ini, klub kaya baru Premier League, QPR, datang mengincarnya. Usaha mereka untuk memulangkan Joey ke tanah Inggris berhasil. Dia pindah ke QPR dengan harga 18.5 juta pounds. Bersama QPR, Joey berhasil menjuarai premier league dua tahun berturut-turut.


Joey Kuijpers


Salah satu kekhilafan saya yang lain adalah ketika menjual Robert Zimmerman ke PSG dengan harga hanya 2.2 juta pounds. Robert hanya bertahan satu musim di skuad muda sebelum hengkang ke PSG. Saya tidak bisa menahannya karena keinginannya pindah ke klub Prancis itu. 

Selama dua tahun di PSG, bek sentral ini hanya bermain untuk tim cadangan. Di musim ketiga, Robert dibeli Girondins Bordeaux dengan harga 5.25 juta pounds. Dia tampil sebanyak 16 kali dan itu bukanlah hal buruk. Namun entah kenapa, di musim berikutnya, pemuda ini dilepas ke FC Twente. Beberapa sumber mengatakan Robert tidak betah berada di luar negeri. Penyakit homesick itu membuatnya bermain di Belanda kembali. Dua musim berada di Twente dan selalu menjadi pilar utama membuat Feyenoord tertarik dan mendatangkannya. Musim yang bagus dia jalani di Feyenoord. Pada momen ini, manajer timnas Belanda meliriknya dan memberikan debut kepadanya. Dan cukup satu musim itu pula yang dibutuhkan Robert membuktikan kapasitasnya untuk bermain di luar negeri kembali.

Lille, dari Ligue 1, mendatangkannya dengan harga 5.25 juta pounds. Di musim perdananya, dia langsung menjadi pemain utama di jantung pertahanan Lille. Namanya semakin besar dan pada saat itu saya tahu bahwa saya telah melepaskan salah satu pemain berbakat kelahiran kota ini.


Robert Zimmerman


Belasan tahun saya melatih di Heerenveen. Fasilitas akademi dan input yang masuk semakin bagus. Setiap tahun selalu ada pemain muda yang memaksa saya untuk menyediakan tempat bagi pemain muda asli akademi. Dan tak terkecuali pemain muda asal Kota Heerenveen ini. Semangat membela klub di daerah kelahiran membuat mereka berkembang dan menumbuhkan asa bagi penikmat sepakbola lokal yang selalu ingin melihat anak-anaknya bermain di stadion ini setiap minggu.

Monday, 13 June 2016

Menjajah Belanda Bab 4: Comeback is Real. But Final is Still A Dream.

22:47:00
Menjadi juara Eredivisie tidak mutlak menjadikan kami sebagai unggulan di kancah UEFA Champions League. Para perwakilan liga top Eropa bukanlah lawan yang mudah untuk dikalahkan. Terlebih, ini merupakan laga perdana kami di kompetisi kontinental.

Musim ini saya dibekali dana transfer yang terbilang sedikit jika kita membicarakan persoalan skuad yang akan berlaga di kompetisi lokal dan Eropa. Tidak sampai belasan juta. Menghamburkan dana transfer bukanlah solusi. saya menyukai pemain muda, dan merekalah solusi bagi skuad yang masih belum solid ini.

Dari posisi penjaga gawang, Fernando Pacheco jebolan La Fabrica kami gaet secara gratis. Kemudian Kolo Toure memutuskan mengakhiri karirnya di Liverpool dan membagikan pengalamannya kepada pemain bertahan Heerenveen yang didominasi pemain muda. Alen Halilovic yang masih belum mendapatkan tempat di skuad utama Barcelona menginginkan menit bermain lebih banyak di liga kompetitif dan bergabung dengan kami dengan status pinjaman. Dari klub raksasa Inggirs, Chelsea, ada tiga pemain muda yang bergabung. Mereka adalah Christian Atsu, Tomas Kalas, dan Todd Kane. Duo Manchester United, Tyler Blackett dan Guilermo Varela bergabung juga dengan kami. Blackett berstatus bebas transfer setelah jasanya tidak dipakai United lagi. Sementara Varela setelah menghabiskan musimnya bersama Real Madrid B, memutuskan untuk bermain semusim penuh bersama kami dengan status pinjaman. Carlos Vigaray melengkapi lini pertahanan kami dengan penandatanganan kontrak setelah dilepas gratis oleh Getafe. Masih dari tanah Spanyol, Pemain gaek Barcelona yang dipinjamkan ke sana kemari karena tidak mendapat tempat di Barcelona, pertengahan tahun 2015 dilepas Barcelona dan bergabung dengan kami secara gratis. Pemain lain yang bergabung dengan kami setelah memutuskan tidak menandatangani kontrak baru bersama klub lamanya adalah John guidetti dari Manchester City dan Jem Karacan dari klub divisi Championship, Reading.

Sementara dari transfer keluar, Romario yang telah menghabiskan satu musimnya di sini saya jual seharga 400.000£, mengingat kontribusinya terhadap tim tidak terlalu bagus. Dan kami untung karena musim sebelumnya kami mendapatkannya secara gratis. Kemudian ada nama Alan Costa yang berperan penting untuk tim selama semusim sebelumnya. Namun saya jual karena Chievo menyodorkan uang sebanyak 10 kali lipat harga kami membelinya di musim lalu.



Transfer History musim 2015/2016

Kami tidak menemui kesulitan yang berarti di Eredivisie. Ajax, PSV, dan Feyenoord masih menjadi rival kuat dalam perebutan gelar juara. Namun dengan suntikan amunisi baru di skuad ini, kami mampu bersaing dan mempertahankan posisi puncak.

UCL benar-benar berat bagi kami. Kampiun Serie A, Juventus, serta pemuncak kompetisi Primeira Liga, SL Benfica, adalah dua kekuatan besar yang belum mampu kami jangkau. Hanya Besiktas yang sebelumnya menduduki posisi tiga Super Lig turki yang mampu kami imbangi.

Tercatat dua kemenangan yang kami raih. Salah satunya ketika menghadapi Benfica. Satu kemenangan lainnya saat berhadapan dengan Besiktas. Kemudian hasil imbang kami raih saat bertandang ke turki. Dua kekalahan telak kami telan saat menghadapi Juventus yang masih terlalu superior bagi kami.

Hasil buruk memaksa kami finish di urutan ketiga di fase grup. Juventus dan SL Benfica melaju ke babak knock out.


Match Result UCL 2015/2016

Table UCL 2015/2016


Perjalanan kami di UEFA Europa League pun bukanlah perkara mudah. Klub kuat dari berbagai negara berkumpul di sini demi meraih tropi kompetisi kasta kedua Eropa.

Di fase knock out round 1, kami memetik kemenangan di laga tandang menghadapi Rubin Kazan. Sementara laga kandang berakhir dengan hasil imbang. Raihan leg 1 menjadi modal bagi kami untuk melaju ke babak berikutnya.

Knock out round 2 adalah pertandingan yang sangat memacu getaran jantung dan adrenalin. Kami ditekuk dengan skor 2-0 saat melawat ke kandang Braga. Pertemuan kedua mengharuskan kami untuk mencetak setidaknya tiga goal demi mengamankan tiket menuju quarter final. Dalam 35 menit, kami berhasil melesatkan dua gol dan menyeimbangkan kedudukan dengan agregat 2-2 melalui goal Halilovic dan Karacan, dua amunisi baru kami. Namun petaka datang, menit 66, Felipe Pardo menambah pundi-pundi goal Braga sehingga kami ketinggalan satu goal.

Apa yang dilakukan poacher kami, Mark Uth, adalah suatu harapan yang menganga kembali. Menit 75, Uth melesakkan goal ketiga. Namun Goal Uth sama sekali belum mengantarkan kami menuju zona aman. Agregat 3-3 dengan kondisi Braga unggul goal tandang membuat kami harus tersingkir jika skor tidak berubah hingga peluit akhir dibunyikan.

Injury time 4 menit yang diberikan wasit seakan bukanlah waktu panjang yang berarti bagi kami. Harapan telah pupus. Kami hampir menyerah. Namun Tuhan seakan melarang kami untuk menghentikan langkah kami di sini. Menit 92, pemain kami dilanggar di kotak terlarang. Guidetti berperan sebagai penentu nasib. Dan dia adalah penyelamat kami hari ini. Guidetti datang seperti pahlawan, dan menuntaskan kewajibannya bagaikan kesatria.


Detik-detik terjadinya goal penentu

Pertandingan yang membuat jantung hampir berhenti berdetak


Quarter Final berjalan mulus, kami menjungkalkan Mainz dengan agregat 5-0. Namun Semifinal adalah mimpi buruk bagi kami. Schalke, perwakilan Jerman, memaksa kami menyerah setelah menundukkan kami dengan agregat tipis 4-3. Kegagalan di semifinal menegaskan bahwa Final masih hanya mimpi bagi kami. Namun kegagalan di musim ini merupakan pembuktian bahwa kompetisi Eropa bukanlah persaingan yang mudah.


Match Result UEL

Laga final UEL di St. Jakobspark, Switzerland melahirkan Arsenal sebagai juara setelah mengandaskan impian Schalke untuk menyabet gelar tersebut.

Final UEL


Sekembalinya ke Belanda, kami menghabiskan sisa musim pada kompetisi Eredivisie dan KNVB Cup. Kami tidak beruntung dalam perebutan gelar cup, setelah terpaksa tereliminasi oleh Feyenoord di quarterfinal. Namun Eredivisie bukanlah sesuatu yang berat bagi kami. Untuk kedua kalinya, kami memenangkan gelar tersebut dan mendapatkan tiket menuju UCL musim depan.

Di balik kesuksesan tim, para pemain telah memberikan usaha ekstra demi kehormatan tim. Duo bek muda, Van Aken, dan pemain pinjaman kami Tomas Kalas, masuk ke dalam best eleven. Trio gelandang serang anyar, Atsu, Afellay, dan Halilovic. mencatatkan nama mereka ke dalam daftar tersebut.


Best Eleven

Setidaknya musim ini tak terlalu buruk. Beberapa nama baru turut andil menyemarakkan kompetisi yang padat di musim ini. Saya suka bagaimana mereka memperjuangkan bendera Frisian Flag berkibar ke penjuru dunia. Namun jalan masih panjang. Peluh belum kering dan memang tak ada waktu untuk membiarkannya disapu angin dan hilang seperti asa yang menipis.

Wednesday, 4 May 2016

Gan, Minta rekomendasi Pemain, Dong!

07:09:00
Sumber Gambar: Skysports






A: Gan, ane punya budjet 20 juta. Bagusnya beli siapa ya?
B: 20 juta mau dihabisin? Nyarinya pemain utama? Search lalu filter seperti ini:







A: Kalau mau nyari posisi yang spesifik?
B: Ya tinggal disortir aja posisinya.






A: Gan, rekomendasi Striker bagus dong.
B: Budjet berapa?
A: 25 juta.
B: Ya sama dengan poin di atas. Tinggal atur current ability dan potential ability aja sesuai selera. Karena standar bagus setiap orang itu beda-beda.












A: Gan, ane mau investasi masa depan. Rekomendasi pemain muda bagus dong.
B: Hampir sama kayak di atas. Bedanya, atur umurnya seminimal mungkin. Batas maksimalnya set jadi 21, karena standar pemain muda menurut saya itu umur 21. Current ability ambil yang paling kecil. Potential ability ambil bintang 3 aja. Ga usah tinggi-tinggi banget.



Kalau udah klik ok, karena di filter barusan current ability-nya minimal cuma sampe bintang setengah, maka atur lagi current abilitynya ke opsi paling rendah (kalau versi bintangnya, ini bintang abu-abu). Kenapa di-set ke opsi paling rendah? Karena pemain muda bintangnya pada abu-abu, kebanyakan. Kecuali ente membahas wonderkid yang atributnya udah dewa kayak Martial, Sterling, dan Draxler.





A: Gan, ane mau beli Messi tapi dia ga mau pindah dari Barca.
B: Ya emang ga bisa kalau gitu. Nunggu doi uzur dulu. Kalau ngebet pengin beli Messi, carilah pemain yang skillnya mendekati dia. Caranya: Profil Messi > Comparison > Find similiar player.
Maka akan muncul tampilan seperti ini.







A: Gan, ane pake klub turki kasta 4, kok waktu ane nyari ga nemu pemain-pemain yang di screenshot agan?
B: Gan, kalo pakai klub papan bawah yang scoutnya pas-pasan, urungkan deh niat beli pemain. Ngontrak gratis aja udah syukur alhamdulillah. Mending nyari yang gratis atau loan.
Begini nih untuk loan.





Kalau nyari pemain gratis, settingnya begini. Berburu pemain gratis sebaiknya lakukan di akhir desember atau awal januari, biar bisa langsung pantau pemain yang kontraknya menyisakan beberapa bulan lagi dan besar kemungkinan tidak akan diperpanjang oleh klubnya.





A: Gan, ane punya duit 5 juta, tapi pengen beli pemain sekelas Messi.
B: Bisa. Duit segitu bisa beli 5 kodi Mbida Messi.


Masih ada pertanyaan lagi? Kalau ada, silakan komen. Nanti kita jawab bersama-sama.

Tuesday, 3 May 2016

Kita adalah Claudio Ranieri

18:06:00

Sumber: Fans Page Premier League


"Claudio Ranieri: Satu-satunya pria yang telah menuntaskan Football Manager di dunia nyata."
Begitulah tweet yang dilayangkan Jake Wightman, atlet asal Inggris beberapa saat setelah Chelsea berhasil menahan imbang Totenham Hotspurs. Hadiah terindah yang diberikan Chelsea tersebut menjadikan Leicester City FC sebagai kampiun Barclays Premier League. 

Sebuah pencapaian luar biasa jika kita tilik di mana Leicester City FC berada di klasemen musim lalu. Leicester City menduduki posisi 14 di akhir musim 2014/2015 setelah di pertengahan musim sempat tersengal keluar dari zona degradasi. Awal musim 2015/2016 adalah lembar baru bagi Leicester City ketika Claudio Ranieri didatangkan ke King Power Stadium.

Claudio Ranieri menitahkan anak asuhnya untuk tidak kebobolan terlalu banyak dan menduduki posisi aman. Setidaknya mampu bertahan di Premier League. Sesimpel itu harapannya. Senada dengan apa yang diharapkan oleh semua manajer baru yang menduduki kursi pelatih klub papan bawah yang untuk bertahan satu musim saja belum tentu mampu.

Pertandingan demi pertandingan dijalani, Leicester City menunjukkan konsistensi yang tak terlalu buruk, mengulang apa yang sempat Southampton tunjukkan satu musim sebelumnya. Semua orang berpikir Leicester akan tumbang di pertengahan musim. Ternyata tidak. Konsistensi yang diikuti oleh buruknya kontestan Premier League lainnya membuat Leicester City menjelma menjadi kandidat terkuat juara Premier League.

Totenham Hotspurs yang diam-diam menguntit dari belakang sempat mengancam peluang Leicester City untuk mencetak sejarah baru. Namun perjuangan Hotspurs usai sudah setelah pada laga semalam mereka gagal memenangkan laga melawan Chelsea.

Pencapaian Claudio Ranieri adalah cerminan dari manajer game Football Manager yang mampu menjuarai liga di musim perdana menggunakan klub papan bawah. Namun jika boleh jujur, apa yang dicapai Ranieri sebenarnya lebih hebat daripada yang dilakukan kebanyakan manajer di game simulasi tersebut. Tidak sedikit dari kita yang gagal menjuarai Premier League di musim perdana. Butuh dua, tiga, hingga empat musim atau bahkan lebih untuk bisa mencapai title juara tersebut.

Yang dilakukan Ranieri tidak beda jauh dengan apa yang kita lakukan. Pemain-pemain yang didatangkan ataupun yang telah lama menjadi bagian skuad The Foxes bukanlah pemain bintang yang didatangkan dengan uang berlimpah. Di dalam skuad yang menorehkan sejarah ini, Leonardo Ulloa yang didatangkan dengan mahar 10 juta pounds dari Brighton and Hove Albion adalah pemain termahal. Ujung tombak yang menjadi andalah, Jamie Vardy malah ditebus dengan harga 1 juta pounds saja. Riyad Mahrez, pemain terbaik Premier League musim ini justru didatangkan dengan dana yang lebih murah lagi. Hanya 400 ribu pounds. Kurang dari satu setengah kali lipat gaji Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Dengan skuad murah tersebut (oh ya, bahkan beberapa nama seperti Marc Albrighton dan Christian Fuchs bahkan didatangkan dengan gratis lho) Ranieri mampu menyulap pemainnya menjadi bintang yang menyilaukan jagad Inggris, bahkan dunia. Siapa Vardy? Siapa Mahrez? Tanyakan pada fans Manchester United, Arsenal, Liverpool, atau bahkan Leicester City sendiri saat tiga tahun lalu. Mereka pasti akan menjawab "Who the hell are they?"

Selain menyulap pemain yang awalnya bukan siapa-siapa, Ranieri juga menghemat uang, entah untuk investasi masa depan, atau memang merasa skuadnya tak butuh peluru baru untuk memborbardir tim-tim di Premier League. Yang jelas, tidak banyak uang yang dihamburkannya ketika menjalani musim ini. Sama seperti yang kia lakukan di Football Manager. Hemat duit. Biasanya yang kita lakukan jika menukangi klub papan bawah, akan kita gunakan uang tersebut untuk membeli regen di musim-musim berikutnya. Bagaimana dengan Ranieri? Bisa jadi dia mengincar pemain-pemain cilik demi investasi masa depan juga.

Pada awalnya, reputasi Leicester City FC hanyalah national. Namun saat ini, saya mengimani semua orang mengakui dan sepakat bahwa reputasi mereka adalah worldwide

Semoga, semoga, dan semoga, Vardy, Kante, Mahrez, dan pilar-pilar Leicester City lainnya tak digembosi klub-klub tajir di musim depan. Kita semua pasti tidak ingin kedigdayaan dan sihir yang ditunjukkan Leicester City hanya berlaku untuk musim ini saja. Kita ingin keajaiban ini berlangsung di masa mendatang hingga anak cucu kita mengetahui bahwa Leicester City adalah raksasa Liga Inggris. Ah, kalau berekspektasi menjadi tim raksasa hingga berpuluh tahun mendatang tampaknya terlalu lebay. Cukuplah saya berharap pria-pria penuh semangat ini tidak hengkang dari skuad The Foxes di musim depan.

Oh, iya, satu lagi, yang saya tunggu-tunggu adalah kepulangan Andrej Kramaric dari Hoffenheim. Biasanya, di Football Manager, kepulangan pemain bertalenta yang menjalani masa pinjaman adalah suatu hal yang ditunggu karena keberadaannya di musim depan akan menjadi bahan bakar baru sekaligus pesaing pemain-pemain hebat yang menaungi skuad di musim ini. Kramaric di Football Manager adalah wujud dari bakat hebat. Semoga di dunia nyata, Football Manager berhasil membuktikan perannya sebagai cenayang kembali.

Tanpa memperdebatkan siapakah yang paling hebat antara manager Football Manager yang memainkan tim papan bawah atau papan atas (jangan ada drama Turki lagi di antara kita), besar harapan saya kepada anda yang belum pernah mencicipi apa yang Ranieri rasakan. Bermainlah di klub semenjana, dan rasakan sensasinya.

Terakhir. Apakah anda tidak merasa bahwa kesuksesan Ranieri ini terbilang hampir mustahil? Saya curiga jika kita semua sebenarnya hidup di dalam savean game Ranieri. Dengan teganya dia load game di setiap kekalahan yang dia temui. Mungkin saja ini yang menjadi rahasia di balik juaranya Leicester City FC. Ranieri menggunakan strategi mujarab: save load. Dan saya, anda, ataupun semua manusia yang saat ini masih mendekam dalam kejombloan, mungkin saja pernah menjalani hubungan asmara. Namun hubungan asmara yang telah berhasil kita dapatkan itu dianulir oleh Ranieri dengan me-load gamenya karena kekalahan yang dia terima.